12 February 2014

Ke Perpus, Yuk! (1)

Beberapa hari yang lalu, saya sempat membaca rubrik opini di harian Serambi Indonesia (harian lokal aceh) yang mengusung tema perpustakaan dalam dua judul sekaligus. Keduanya menyuguhkan tulisan yang cukup menarik untuk disimak. Diantaranya adalah tentang teknologi impian yang akan diterapkan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh (Radio Frequency Identification for Self Loan Stasion Machine). Jika penasaran anda dapat membacanya di sini dan di sana, karena tulisan saya kali ini bukan untuk mengomentari tulisan kedua orang tersebut, tapi justru terinspirasi dari tulisan mereka. 

Sejenak setelah membaca tulisan tersebut, yang menjadi renungan saya adalah: kapankah terakhir kalinya saya pergi ke perpustakaan?

Alam pikir pun mulai menulusuri alur mundur... mundur.. mundur.... dan... ternyataaa.... itu adalah sesaat sebelum meninggalkan kampus! Keterlaluan, kan. Kalaupun alurnya dimundur lagi ke belakang, saat masih berseragam putih-abu-abu, intensitas saya berkunjung ke perpustakaan (selanjutnya kita sebut dengan perpus) sekolah pun bisa terhitung dengan jari. Itu malah sudah ditambah dengan jatah kelas saya piket membersihkan perpus lhoo..! (kok bangga??). Dan kaaa....laupun mau mundur lagi ke jaman esempe, mohon maaf, ternyata lagi-lagi bukan hal yang  dapat dibanggakan. >__<

Jadi sekilas dapat disimpulkan bahwa; intensitas kunjungan saya ke perpus berbanding lurus dengan tingkat pendidikan yang ditempuh, dan berbanding lurus pula dengan jumlah dan bobot tugas akademik yang diterima. Terbukti, saat kuliah di jogja sana, saya malah sempat safari perpus dari level kampus sampai perpus umum (jogja dan sekitarnya). *kibasponi*  *dijambak WH*

Trus, sekarang, tidak berstatus sebagai siswa/supermahasiswa di manapun, lantas saya gak perlu ke perpus lagi? 

Memang sih, tidak pernah ke perpus bukan berarti tidak pernah membaca. Apalagi di jaman serba online sekarang ini, semua ada dalam genggaman (ecieeh). Dan terus terang saya lumayan sering membeli buku jika sedang naksir dengan fiksi atau topik tertentu. Walaupun akhirnya beberapa buku sampai sekarang belum juga khatam, sih. Hoho

Dan balik lagi ke rubrik opini tadi, kok saya jadinya kangen ke perpus ya..? kangen suasananya, ketenangannya, ademnya, ngantuknya [eh], dan kangen membelalakkan mata saat menemukan buku keren yang isinya pengen difoto-fotoin semua! Waah.. harus  dijadwalin nih; gaul ke perpus! 

Baiklah,, berhubung waktu masing lengang, belum mulai berkantor di manapun, belum terikat kontrak dengan bos manapun, dan belum ada yang ajak stripping di manapun [ini yang penting :p ], sepertinya ini saat yang tepat untuk membunuh waktu di perpus.  Tekad sudah bulat. Okey, sip.

Trus.. saya harus ke perpus manaaa, gitu...?
  
Karena masih segan a.k.a grogi mejeng-mejeng di kampus orang, akhirnya saya putuskan untuk mengunjungi perpustakaan aceh (known as perpustakaan wilayah) saja. Aahh... baru merencanakannya saja sudah bikin saya senyam-senyum bahagia. Sedikit-sedikit mulai membayangkan suasana perpusnya yang...ng...itu...anu......ng.... yang... haduuuhhh...gimana sih? Seumur-umur kan saya belom pernah main ke perpus wilayah di sini??
*tepok jidat tetangga*

2 comments:

Rahmanovic Mira said...

pustaka itu..rumah kedua, ntah karena suka nongkrong disana, sekedar numpang toilet, atau cuma make lokernya aja hhaaha

DinaLM said...

Yee.. gak asii.. kan status kalian memang mahasiswa :p

Post a Comment