Beberapa hari yang
lalu, saya sempat membaca rubrik opini di harian Serambi Indonesia (harian
lokal aceh) yang mengusung tema perpustakaan dalam dua judul sekaligus. Keduanya
menyuguhkan tulisan yang cukup menarik untuk disimak. Diantaranya adalah tentang teknologi impian yang akan diterapkan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh (Radio Frequency Identification for Self Loan Stasion Machine). Jika penasaran anda dapat
membacanya di sini dan di sana, karena tulisan saya kali ini bukan untuk
mengomentari tulisan kedua orang tersebut, tapi justru terinspirasi dari
tulisan mereka.
Sejenak setelah
membaca tulisan tersebut, yang menjadi renungan saya adalah: kapankah terakhir
kalinya saya pergi ke perpustakaan?
Alam pikir pun mulai
menulusuri alur mundur... mundur.. mundur.... dan... ternyataaa.... itu adalah sesaat
sebelum meninggalkan kampus! Keterlaluan, kan. Kalaupun alurnya dimundur lagi
ke belakang, saat masih berseragam putih-abu-abu, intensitas saya berkunjung ke
perpustakaan (selanjutnya kita sebut dengan perpus) sekolah pun bisa terhitung
dengan jari. Itu malah sudah ditambah dengan jatah kelas saya piket
membersihkan perpus lhoo..! (kok bangga??). Dan kaaa....laupun mau mundur lagi
ke jaman esempe, mohon maaf, ternyata lagi-lagi bukan hal yang dapat dibanggakan. >__<
Jadi sekilas dapat
disimpulkan bahwa; intensitas kunjungan saya ke perpus berbanding lurus dengan
tingkat pendidikan yang ditempuh, dan berbanding lurus pula dengan jumlah dan
bobot tugas akademik yang diterima. Terbukti, saat kuliah di jogja sana, saya
malah sempat safari perpus dari level kampus sampai perpus umum (jogja dan
sekitarnya). *kibasponi* *dijambak WH*
Trus, sekarang,
tidak berstatus sebagai siswa/supermahasiswa di manapun, lantas saya gak
perlu ke perpus lagi?
Memang sih, tidak
pernah ke perpus bukan berarti tidak pernah membaca. Apalagi di jaman serba
online sekarang ini, semua ada dalam genggaman (ecieeh). Dan terus terang saya
lumayan sering membeli buku jika sedang naksir dengan fiksi atau topik
tertentu. Walaupun akhirnya beberapa buku sampai sekarang belum juga khatam,
sih. Hoho
Dan balik lagi ke
rubrik opini tadi, kok saya jadinya kangen ke perpus ya..? kangen suasananya,
ketenangannya, ademnya, ngantuknya [eh], dan kangen membelalakkan mata saat
menemukan buku keren yang isinya pengen difoto-fotoin semua! Waah.. harus dijadwalin nih; gaul ke perpus!
Baiklah,, berhubung
waktu masing lengang, belum mulai berkantor di manapun, belum terikat kontrak
dengan bos manapun, dan belum ada yang ajak stripping di manapun [ini yang
penting :p ], sepertinya ini saat yang tepat untuk membunuh waktu di perpus. Tekad sudah bulat. Okey,
sip.
Trus.. saya harus ke
perpus manaaa, gitu...?
Karena masih segan a.k.a
grogi mejeng-mejeng di kampus orang, akhirnya saya putuskan untuk mengunjungi
perpustakaan aceh (known as perpustakaan wilayah) saja. Aahh... baru merencanakannya saja sudah bikin saya
senyam-senyum bahagia. Sedikit-sedikit mulai membayangkan suasana perpusnya
yang...ng...itu...anu......ng.... yang... haduuuhhh...gimana sih? Seumur-umur kan saya belom
pernah main ke perpus wilayah di sini??
*tepok jidat
tetangga*
2 comments:
pustaka itu..rumah kedua, ntah karena suka nongkrong disana, sekedar numpang toilet, atau cuma make lokernya aja hhaaha
Yee.. gak asii.. kan status kalian memang mahasiswa :p
Post a Comment